Karena banyak kelompok etnik berbeda yang mendiami Sulawesi Tengah maka banyak perbedaan. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat di daerah Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo dari Sulawesi Utara. Ada juga pengaruh dari Sumatra Barat seperti yang nampak dalam dekorasi upacara.
Donggala merupakan pelabuhan penting pada zaman lampau dan menenun merupakan warisan zaman Hindu.
Lepas dari itu, di Sulawesi Tengah sendiri terdapat berbagai macam kebudayaan dari rumah adat, pakaian adat, senjata adat, dan lain-lain. Rumah tradisional terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau Duhanga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan ruang keluarga yang besar.
Bagi masyarakat di dataran tinggi menggunakan kulit beringin sebagai
pakaian tebal penghangat badan. Pakaian kuno masih digunakan oleh
masyarakat daerah pegunungan yang masih nampak pengaruh Spanyol atau
Portugis dimasa lampau.
Lipa atau sarung yang nampak seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan Keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan di Eropa.
Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. (Duster) sarung sultra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota dan kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip dipinggang melengkapi pakaian mereka.
Pasatimpo adalah sejenis keris yang bentuk hulunya bengkok ke bawah dan sarungnya diberi tali. Senjata ini sering digunakan oleh masyarakat setempat dalam tari-tari penyembuh yang berfungsi sebagai pengusir roh-roh jahat. Kini, Pasatimpo lebih sering digunakan dalam tari-tari kepahlawanan. Fungsinya hanya untuk membesarkan jiwa penarinya. Karena keris tidak digerakan tetapi cukup diikatkan saja pada pinggang penari sebagai hiasan.